Pertemuan Kredo ke 2 mempelajari bersama secara utuh akan Allah Bapa sehingga kita menyatakan pengakuan iman: Aku percaya akan Allah Bapa Yang mahakuasa, Pencipta langit dan bumi dengan iman mendalam, menghayatinya dengan tangguh dan teguh, dan mewartakannya dengan utuh.
Materi Pembelajaran diambil dari bahan pendalaman Paroki Mengajar dan KKGK 33-78. AKU PERCAYA AKAN ALLAH BAPA: Simbol iman (33-35). Aku percaya akan Allah Bapa yang mahakuasa, Pencipta Langit dan Bumi (36-58). Surga dan Bumi (59-65). Manusia (66-72). Jatuh ke dalam dosa (73-78). KKGK lengkap

Inspirasi: Yohanes 20: 24-29 Yesus menampakkan diri kepada Tomas

20:24 Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ.
20:25 Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: “Kami telah melihat Tuhan!” Tetapi Tomas berkata kepada mereka: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.”
20:26 Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu! "
20:27 Kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.”
20:28 Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!”
20:29 Kata Yesus kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”

KKGK 36 dan 43 Mengapa Pengakuan Iman mulai dengan kata-kata ”Aku percaya akan Satu Allah”?

Pengakuan Iman mulai dengan kata-kata ini karena pernyataan ”Aku percaya akan Allah” adalah hal yang paling penting, sumber dari semua kebenaran yang lain tentang manusia dan dunia, serta seluruh kehidupan orang yang percaya kepada Allah.
Kita percaya akan satu Allah. Artinya, pertama, kita mengenal keagungan dan kekuasaan-Nya. Kita hayati dengan rasa syukur dan selalu percaya kepada-Nya, bahkan juga dalam kemalangan dan penderitaan. Kedua, kita mengakui kesatuan dan martabat sejati seluruh umat manusia, sebab semua manusia diciptakan menurut gambar-Nya. Ketiga, kita menggunakan dengan baik segala sesuatu yang diciptakan Allah. (bdk. KKGK 43). Gereja mengungkapkan iman trinitarisnya dengan percaya kepada keesaan Allah yang di dalam-Nya terdapat tiga Pribadi, Bapa, Putera, dan Roh Kudus (KKGK 48).
Allah sama sekali bukanlah penyebab kejahatan baik secara langsung atau tidak langsung. Dia menerangi misteri kejahatan di dalam Putra-Nya, Yesus Kristus. Yakni, dengan wafat dan bangkit, Allah mengalahkan kejahatan moral, yaitu dosa manusia, yang menjadi akar dari semua kejahatan lain.
Malaikat adalah makhluk murni spiritual, tak kelihatan, tidak punya tubuh, tak dapat mati, dan berpribadi, dianugerahi akal dan kehendak. Malaikat mengabdi Allah dan menjadi pembawa pesan-Nya.
Allah mencipta manusia sebagai makhluk spiritual sekaligus punya tubuh. Manusia dicipta menurut gambar Allah. Maka, manusia mampu mengenal dan mencintai Penciptanya secara bebas. Manusia dipanggil untuk mengambil bagian dalam hidup Allah melalui pengenalan dan cinta kasih.
Jiwa manusia bersifat rohani, tidak berasal dari orang tua, tetapi diciptakan secara langsung oleh Allah dan bersifat abadi. Maka, pada saat kematian, jiwa tidak ikut mati. Jiwa akan dipersatukan kembali dengan badan pada hari kebangkitan.

Pembaharuan Iman

Karena iman adalah karunia Tuhan untuk membantu kita menuju keselamatan, maka sudah seharusnya kita memelihara dan menjaga iman kita dengan bijaksana setiap saat. Agar kita dapat hidup, bertumbuh dan setia pada iman kita sampai akhir, maka kita perlu: (a) disegarkan dengan Firman Allah dan doa; (b) minta kepada Tuhan untuk menambah iman kita; (c) terus bertumbuh dalam perbuatan kasih yang berdasarkan iman. Pertumbuhan dan kemantapan iman perlu didukung dengan pengertian yang benar tentang iman, sehingga diperlukan sikap iman yang mencari pengertian.