Bumi merupakan asal usul dan rumah di mana manusia tinggal, belajar, bermain, dan mengalami pertumbuhan. Bumi telah menyediakan semua kebutuhan hidup manusia itu secara cuma-cuma. Karenanya tanpa bumi manusia akan mati. Tetapi, tanpa manusia bumi tidak akan mati. Hanya dengan berada di bumi manusia dapat menyadari kodrat diri yang sesungguhnya. Melalui ensiklik Laudato Si’ kita diingatkan kembali akan kehendak Allah untuk menjadikan kembali Bumi sebagai rumah bersama. Allah memanggil umat Keuskupan Purwokerto untuk mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah yang memulihkan, menjaga dan merawat alam. Allah menghendaki agar kita semua menjadi pemelihara dan menjaga alam semesta, agar bumi ini menjadi rumah bersama seluruh karya ciptaan-Nya. Menimba Sabda Tuhan Sebagai pengantar, sebelum membaca teks kitab suci, pemandu dapat memberikan arahan sebagai berikut: Marilah kita membaca Kej. 1:11-13; 20-31 tentang Manusia yang diberi kuasa untuk memelihara kebaikan Ciptaan Allah dengan penuh perhatian.

Tunas-tunas muda, tumbuhan, pohon (ay. 11-12) 11 Berfirmanlah Allah, “Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuhan yang menghasilkan biji, dan berbagai jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah berbiji di bumi, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi.” Maka jadilah demikian. 12 Tanah pun mengeluarkan tunas-tunas muda, berbagai jenis tumbuhan yang menghasilkan biji dan berbagai jenis pohon yang menghasilkan buah berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. 13 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.

Ikan, burung, binatang (ay 20-25) 20 Berfirmanlah Allah, “Hendaklah berkeriapan dalam air makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala.” 21 Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak berkeriapan dalam air, serta segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. 22 Allah memberkati semua itu, firman-Nya, “Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air di laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak.” 23 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima.

Binatang di Darat ( ay.24-25) 24 Berfirmanlah Allah, “Hendaklah tanah mengeluarkan berbagai jenis makhluk yang hidup, ternak, binatang melata dan berbagai jenis binatang liar.” Maka jadilah demikian. 25 Allah menjadikan berbagai jenis binatang liar, berbagai jenis ternak dan berbagai jenis binatang melata di tanah. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

Manusia (ay 26-31) 26 Berfirmanlah Allah, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara, atas ternak dan seluruh bumi, serta atas segala binatang yang melata di bumi.”
27 Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
28 Allah memberkati mereka dan berfirman kepada mereka, “Beranakcuculah dan bertambah banyaklah. Penuhilah dan taklukkanlah bumi. Berkuasalah atas ikan-ikan di laut, burung-burung di udara dan atas segala binatang melata di bumi.”
29 Berfirmanlah Allah, “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuhan yang menghasilkan biji di seluruh muka bumi dan segala pohon yang buahnya berbiji. Semua itu menjadi makananmu.
30 Namun, kepada segala binatang liar, segala burung di udara dan segala binatang yang melata di bumi, segala binatang yang bernyawa itu, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.” Dan jadilah demikian 31 Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh sangat baik. Lalu jadilah petang dan jadilah pagi; itulah hari keenam.

Pertanyaan Renungan/Sharing Apa saja yang diciptakan Allah menurut ay.11-12, 20-25? Mengapa dijadikan berbiji dan diberkati untuk berkembang biak? Apa maksud Allah ketika memberi manusia bagian dalam kuasa-Nya atas bumi dan segala makhluk hidup

RENUNGAN / PENEGASAN Butir-butir permenungan/penegasan:

Dalam Kitab Kisah Penciptaan yang tergambarkan bahwa tindakan penciptaan Allah terlaksana melalui tanah yang mengeluarkan aneka jenis rerumputan, tumbuhan, dan pohon. Tanah meneruskan karya ciptaan Allah melalui benih dan biji tumbuhan dan baik juga untuk menjadi makanan bagi makhluk ciptaan lainnya. Salah satu kebaikan yang jelas dirasakan ialah bahwa aneka tumbuhan yang hijau itu mengubah karbon dioksida menjadi oksigen bagi semua makhluk hidup yang bernapas. Memang sungguh baik!

Setelah tanaman keluar dari tanah, Allah menciptakan berbagai jenis makhluk hidup yang dapat bergerak dengan bebas. Segala jenis makhluk dalam air dan di udara ini ditugaskan untuk turut serta dalam karya ciptaan Allah dengan memenuhi perintah-Nya: “Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air di laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak.” Sejak setengah abad ini jumlah ikan dan burung sangat berkurang dan banyak spesies sudah punah atau terancam punah karena penangkapan dan pemburuan secara berlebihan, pencemaran air dan udara, penebangan hutan, pemanasan air laut, dll. Mungkinkah kemerosotan seperti ini baik di mata Allah?

Darat pun diisi dengan makhluk hidup yang bergerak, berbagai jenis ternak, binatang melata, dan binatang liar. Keterikatan mereka dengan tanah dan juga tumbuh-tumbuhan yang dikeluarkan tanah itu sedemikian erat, karena mereka tak mungkin bertahan hidup tanpa adanya lahan hijau atau habitat yang sehat. Jumlah binatang liar dalam setengah abad terakhir ini juga sangat berkurang dan banyak spesies (terancam) punah. Banyak habitat alami makhluk ciptaan Allah telah dialihkan manusia menjadi pertambangan, lahan industri atau wilayah penghunian manusia, atau padang rumput amat luas serta lahan monokultur untuk memelihara beberapa jenis ternak dan produksi biji-bijian yang kebetulan suka dikonsumsi manusia. Keanekaragaman hayati yang pernah dilihat sebagai hal yang sungguh baik oleh Allah, sekarang dalam keadaan yang tidak baik-baik lagi. Apakah kemerosotan alam karena kegiatan manusia memang maksud Allah ketika menciptakan manusia?

Allah pencipta memberi manusia bagian dalam kuasa-Nya. Bersama Allah, manusia hendaknya menjalankan pemerintahan di atas bumi beserta segala tumbuhan, hewan, binatang liar, burung, dan ikannya. Kuasa manusia itu mesti dijalankan dengan cara Allah menjalankan kuasa-Nya yang kita kenal sebagai Kuasa Kasih yang mencipta dan memelihara; artinya manusia diberi daya kekuatan untuk ikut mengelola bumi dan mengatur segala makhluknya demi kebaikannya (“untuk mengerjakan dan memeliharanya …”, kata Tuhan Allah dalam Kej. 2:15). Itu jelas bukan kekuasaan yang boleh menekan, mengeruk, merusakkan dan mencemarkan bumi, seperti yang sering kita lihat sekarang.

Dalam Pertemuan ke-3 APP ini, kita melihat bahwa Firman Allah tetap kuat dan berdaya cipta, dan memberi harapan, kekuatan dan keberanian kepada kita untuk memulihkan apa yang telah dirusakkan oleh hasrat manusia. Melalui pengalaman Paskah, kita melihat karya keselamatan Allah melaului Yesus Kristus yang menyelamatkan bukan hanya manusia tetapi seluruh ciptaan. Masa Prapaskah 2024 ini menjadi kesempatan mewujudkan Pertobatan Ekologis kita yang ingin Bangkit Bersama Kristus menghadirkan karya keselamatan untuk semua ciptaan.

Pertobatan Ekologis untuk mewujudkan Bumi Rumah Bersama diawali dengan Rumah kita masing-masing dengan mengimplementasikan Laudato Si’ melalui 3 cara: See (melihat), Judge (menilai), Act (merencanakan dan bertindak). Pertama; melihat kondisi sekitar rumah kita dengan ketersediaan lahan hijau yang ada dan limbah/ sampah/budaya membuang di rumah kita. Kedua; Menilai dengan mempertimbangkan apa kehendak Allah atas keluarga kita terhadap rumah dan lingkungan sekitar yang telah diberikan oleh Allah. Allah mengajak kita untuk bangkit bersama Yesus,bukan hanya untuk menyelamatkan manusia tetapi seluruh ciptaan dan yang terdekat dengan kita adalah lingkungan rumah kita (tanah, sumber air, tumbuhan, hewan dll). Ketiga; Melakukan Pertobatan ekologis melalui Tindakan/Aksi nyata secara rutin dan kontinyu agar menjadi gerakan bersama yang berawal dari rumah kita masing-masing.

Sharing Pengalaman dan Rencana Aksi Saudara-saudari terkasih, setelah diterangi Sabda Allah mari kita melihat tanah dan lingkungan di sekitar kita, di paroki dan keuskupan kita. Bagaimana keluarga dan Paroki kita mengatasi budaya ‘sampah’ atau ‘membuang’ terutama berkaitan dengan sampah plastic dan stereofoam yang sulit teruarai dalam tanah? Pribadi dan Keluarga :Setelah melihat rumah kita masing-masing dan ketersediaan tanah yang ada, serta budaya membuang yang terjadi di rumah kita masing-masing, maka tindakan atau aksi perwujudan pertobatan ekologis apakah yang akan dilakukan oleh keluarga? Lingkungan, Paroki dan Keuskupan : Gerakan/ Aksi apa yang akan dimulai atau dikembangkan oleh Lingkungan, Paroki dan Keuskupan sebagai Gerakan Pertobatan Ekologis Paroki/Keuskupan untuk memulihkan keutuhan ciptaan dan mewujudkan Bumi Rumah Bersama?